Kamis, 03 Agustus 2017
Kajian Utama 1: Fachrul Alamsyah, Memajukan Dusun yang Tertinggal dengan Gubuk Baca
Setelah bertahun-tahun pergi berpetualang ke berbagai daerah karena sejati dirinya yang memang sangat mencintai alam, Fachrul Alamsyah akhirnya pulang ke kampung halamannya di Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tidak hanya sampai di situ, ia pulang dengan membawa tujuan untuk memajukan dusunnya yang tertinggal. Lalu ia mulai unntuk mewujudkan mimpinya dengan mengembangkan gubuk baca bagi anak-anak di dusunnya.
Saya nekat untuk mencoba hubungi beliau dengan modal mencari kontak beliau karena ingin tahu sepak terjang bagaimana gubuk baca itu dapat berdiri dan berjalan sampai saat ini. Melakukan wawancara mengenai GBLN dengan Fachrul melalui aplikasi chatting, hal ini saya lakukan dikarenakan adanya jarak yang cukup jauh untuk mengunjungi beliau ke kampung halamannya. Sempat merasa khawatir chattingan tidak akan dibalas akhirnya saya bisa menepis itu semua. Yaa... sata berhasil berkomunikasi dengan beliau dan tanya jawab sedikit mengenai gubuk baca yang ia dirikan. Merasa kagum akan sosoknya yang peduli dengan orang banyak tentu menjadi inspirasi saya dan juga untuk banyak orang.
GBLN (Gubuk Baca Lentera Negeri) ini sebenarnya berasal dari kegelisahan akan suatu pergerakan dimana Fachrul ingin melakukan pergerakan dengan sasaran anak kecil. Kenapa anak kecil??? Menurutnya anak kecil itu adalah penerus, dan generasi yang kelak menjadi leader bagi masyarakat maupun dirinya sendiri.
GBLN itu didirikan pada awal september 2014 di Jabung, Kab Malang, Jawa Timur. GBLN beroperasi di Dusun Gunung kunci yang jaraknya 4 kilometer dari jabung, “jadi disana itu langkah awal kami dalam mengemban misi perbaikan pendidikan”, ujar Fachrul. Alhamdulillah, sampai saat ini Jumlah anggota GBLN sudah lebih dari 200 orang. Pengelola GBLN itu sendiri adalah semua anggota yang tergabung di dalamnya, yang jelas mereka menyebutnya sahabat lentera. GBLN pun sering menerima bantuan dari para donatur dalam bentuk apapun.
“Apapun (entah buku cerita, buku pelajaran, permainan tradisional, dan sebagainya) ya ada saja. Yang penting kami niatnya bikin pergerakan supaya manfaat, entah ada donatur apa tidak, ada uang apa tidak kami yang bakal tetep gerak”, sambungnya.
Tentu ada suka dan dukanya menjadi anggota sahabat GBLN. Sukanya yang jelas bisa bertemu dan menjalin tali persaudaraan dengan orang banyak. Perlu diketahui di dusun tempat GBLN berdiri, mereka cukup prihatin pada kesadaran masyarakat disana khususnya pada pendidikan anak karena sejauh pantauan Fachrul disana hanya ada satu MI (Setara dengan SD) dan satu TK Paud dan jadi setelah lulus dari MI 80% lebih tidak melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi malahan mereka memilih bekerja atau menikah. Yang lebih memiriskan lulusan MI tahun kemarin paling muda berusia 16 tahun, yang layaknyanya sudah berada di bangku sekolah menengah atas atau SMA, jadi dari rasa prihatin itulah yang menggerakkan hati mereka untuk bisa membantu apapun untuk meningkatkan semangat dalam belajar.
Jadi meskipun namanya gubuk baca lentera negeri, kegiatan mereka tidak hanya baca-membaca. Fokus Fachrul adalah bagaimana anak-anak nantinya punya sikap afektif yang baik. Mereka awali memang dengan buku-buku, tapi itu hanya beberapa saat. Hal ini karena anak kecil suka bosan kalau hanya membaca. Jadi para pengelolah lebih sering menyelipkan dengan kegiatan yang lain, entah itu permainan tradisional, musik tradisional, membuat topeng malangan dari bubur kertas. GBLN bergerak di daerah yang bisa dikatakan daerah pinggiran kabupaten Malang (Kecamatan Jabung).
Untuk baca-membaca sebenarnya anak-anak sangat suka, namun mereka terkadang terkendala dari segi fasilitas (buku bacaan yang baik) yang kurang memadahi. "Disini bagi sebagian anak buku bacaan bisa dibilang barang mewah. Jadi setiap kali mereka menggelar pustaka keliling anak-anak menyebutnya angon buku ngangsu ilmu, antusias dari mereka pun sangat tinggi, bahkan ada yang berebut", tutupnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar