Aku merindukannya. Teramat rindu tawanya, teramat rindu candanya. Dia selalu menari indah dalam ingatanku. Dia selalu hadir ditidur lelapku. Dia orang yang membunuh semua waktuku. Hanya untuk sekedar memikirkannya, mengkhawatirkannya dan membayangkan senyumnya

Jumat, 26 Mei 2017

Bukan Cinta Malaikat, Film Drama Religi Percintaan Antar Dua Negara



Hallo blogger... sudah tahu belum kabarnya dunia perfilman tanah air kita ini akan segera diramaikan dengan film berunsur religi yang berjudul “Bukan Cinta Malaikat”. Film yang merupakan produksi dari Ganesha Perkasa Films yang kaya akan pesan moril bertemakan Islamic Love Story itu, diperankan bintang-bintang ternama Indonesia seperti Fachri Albar, Donita, Dewi Irawan, Joshua Pandeleki, Iqbal Pakula, Edi Brokoli, Dewi Amanda dan sebagainya.

Dalam filmnya kali ini Ganesa Perkasa Films juga melibatkan artis papan atas yang berasal dari negeri Jiran Malaysia, seperti Nora Danish dan Ashraf Muslim. Tidak hanya itu saja, ternyata film Bukan Cinta Malaikat merupakan film pertama international production dari Ganesa Perkasa Films. Selain memiliki kekuatan cerita dan pemain yang sudah tidak diragukan dalam dunia perfilman, film “Bukan Cinta Malaikat” juga akan menyuguhkan para penontonnya dengan gambar-gambar yang menarik, seperti landscape-landscape kota Makkah dan Madinah yang begitu indah dan tentu belum pernah ditampilkan di film-film Indonesia bernuansa Islam sebelumnya.

Film 'Bukan Cinta Malaikat' menceritakan tentang Reyhan (Fachri Albar), seorang relawan Muslim Care. Ia berasal dari kota Bandung dan sedang menjalankan tugasnya di wilayah konflik di Timur Tengah. Ketika sedang berada di Madinah, Reyhan menolong seorang perempuan asal Malaysia bernama Dewi (Nora Danish) yang sedang melakukan perjalanan umroh. Sejak pertemuan itu, Reyhan yang begitu idealis dengan misi kemanusiannya dan belum pernah menyatakan cinta pada perempuan secara tidak sengaja menaruh hati pada Dewi.

Reyhan pun akhirnya pergi ke Malaysia untuk menyatakan cinta dan melamar Dewi. Akan tetapi, cinta Reyhan tak berjalan mulus. Dewi telah memiliki kekasih bernama Adam (Ashraf Muslim). Sementara, di Bandung, seorang teman kecil Reyhan bernama Aliyah (Donita), mengharapkan cinta pada Reyhan. Dari situ konflik pun berkembang sedemikian rupa. Lalu bagaimana Reyhan dan Dewi menyelesaikan permasalahan mereka? Ingin tahu kaan?

Film 'Bukan Cinta Malaikat' akan tayang secara serentak di bioskop-bioskop Indonesia pada 13 Juli 2017. Tidak sampai di situ saja, film ini juga akan tayang di Malaysia loh guys....


Jumat, 19 Mei 2017

Rafathar The Movie


Siapa yang tidak kenal Rafathar Malik Ahmad, buah hati dari pasangan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina ini baru saja meluncurkan trailer filmnya yang berjudul RAFATHAR. Film Indonesia pertama yang menceritakan tentang seorang Rafathar, bayi ajaib yang memiliki kemampuan luar biasa. Jonny Gold bersama rekan kerjanya Popo Palupi adalah sepasang perampok profesional, kali ini mereka mendapatkan misi pekerjaan untuk menculik seorang bayi yang bernama Rafathar. Hal ini dikarenakan Rafathar adalah bayi yang diadopsi oleh keluarga kaya raya.

Namun, sayangnya para penculik tidak mengetahui bahwa bayi yang mereka culik itu mempunyai kekuatan super, kekuatan telekinetik yang mampu mengendalikan logam. Kejadian-kejadian lucu terjadi dalam proses penculikan itu, hingga akhirnya kehadiran RAFATHAR mempunyai arti tersendiri kepada Jonny dan Popo. Perlu kalian ketahui, ternyata film RAFATHAR adalah hasil garapan Sineas Anggi Umbara dan papah Rafathar itu sendiri loh, yaitu Raffi Ahmad.

Film RAFATHAR ini adalah salah satu film yang sangat ditunggu-tunggu oleh para penonton Indonesia di tahun 2017. Buktinya, film yang diproduksi oleh RNR dan Umbara Brothers dengan genre komedi-aksi tersebut memiliki jumlah viewers mencapai 526.000 viewers di Youtube dari akun official RNR Movies. Waw!!!

Yuk kita intip bagaimana trailer dari film RAFATHAR



Tidak hanya itu, kedua orangtua Rafathar yakni, Raffi Ahmad (Jhony Gold) dan Nagita Slavina (detektif Julie) turut membintangi film ini. Ada pula Babe Cabita (Popo Palupi), Agus Kuncoro (Kolonel Demon), Ence Bagus (Opsir Polisi), Verdi Solaiman (Kolonel Baraka), Arie Untung (Bos Viktor/papahnya Rafathar) dan Nur Faruza (Mamahnya Rafathar) yang tentunya ikut mengisi kelucuan dalam perannya dalam film ini. Yaaa... ini sudah bisa dipastikan kalau filmnya bakal seru dan lucu ditambah karakter dari Rafathar itu sendiri yang memang menggemaskan.

Yang lebih tak disangka-sangka, film yang akan tayang pada 10 Agustus 2017 ini dibuat menggunakan teknologi yang sudah banyak digunakan produksi film Hollywood. Dan di film RAFATHAR inilah untuk pertama kalinya diperkenalkan dan digunakan pada produksi film Indonesia. Motion Capture adalah teknologi digital yang memproses rekaman gerakan dari sebuah obyek atau manusia untuk kemudian diolah kedalam bentik 3D.

Dalam penggunaannya itu sendiri dengan melalui kombinasi sensor kamera, LED maker dan software yang canggih, yang didukung serta oleh proses yang disebut photogrametry untuk penyempurnaan dalam visual bagian wajah. Teknologi ini menciptakan hasil gambar digital yang akan merangkai berbagai adegan action pada film RAFATHAR, sehingga hasilnya akan menjadi lebih sempurna ketika sudah dikombinasi dan diaplikasikan ke dalam bentuk 3D.

Nah.... gimana??? Seru dan lucu kaaan!!! Huh.. jadi semakin tidak sabar untuk mengajak keluarga besar menyaksikan film RAFATHAR di bioskop nanti... 



x

Senin, 01 Mei 2017

Kompak! Ibu dan Anak Menjadi Pengusaha Kue Bolu Sukses

Berawal dari tekad untuk menambah pendapatan keluarga. Secara pribadi, Wilda Kholiilaa dan sang ibu memang suka dengan bolu. Ditambah dengan latar pendidikan sang ibu dibidang gizi dan dirinya dibidang Ekonomi. Ide membuka usaha toko kue itu muncul karena mereka pernah mencoba berbagai rasa bolu, pasangan ibu dan anak ini merasa bolu pisang dan bolu tape adalah varian bolu yang “beda” dengan yang lain. Walaupun ada di tempat lain, tapi mereka hanya ingin beda untuk dilihat dari sisi rasa yang home made.

Toko kue yang didiran oleh sang ibu dengan dukungan penuh oleh keluarga besar ternyata sudah berdiri sejak awal tahun 2005. Namun sempat berhenti dan kemudian lanjut kembali. Hingga toko kue tersebut  mulai terasa perkembangannya semakin membaik di tahun 2011.

Ada tiga karyawan part time, satu karyawan tetap, serta keluarga yang selalu standby di dalam toko. “toko kue ini dikelola oleh keluarga. Ibu mengatur produksi. Ayah mengatur pembelanjaan bahan produksi dan kemasan. Saya mengatur finishing, administrasi, pemasaran, dan keuangan”, ucap Wilda.

Ada visi misi yang dimiliki mereka dalam mendirikan dan menjalankan usaha membuka toko kue, yakni tidak lain tidak bukan adalah ingin bermanfaat bagi orang lain. Latar belakang pendidikan yang ingin mereka aplikasikan saat ini, serta menjadikan sunnah bahwa berwirausaha adalah contoh dari tauladan kita Nabi Muhammad SAW. Mereka juga memproduksi bolu dengan sistem hire karyawan dari ibu-ibu sekitar rumah yang ingin bekerja part time. Hal itu cukup merepresentasikan.

“Kami ingin memproduksi bolu rasa home made, enak, memiliki ciri khas tersendiri, dan harganya terjangkau. Sehingga jika sudah merasakan sekali, konsumen tau ini produksi BOLU UMMI”, tambahnya.

Dalam berwirausaha, pasti ada suka dukanya. Duka yang pernah mereka alami adalah dalam hal bahan produksi yang mereka dapatkan dalam keadaan kurang baik yang berakibat fatal pada hasil bolu, sehingga mereka harus mencari supplier yang kualitasnya baik. Ada juga dalam hal konsumen yang mengambil kesempatan untuk meminta harga murah, karena kue yang mereka produksi masih home made dan belum memiliki PIRT serta sertifikasi halal.

Kemudian, kelemahan dari sistem made by order adalah konsumen yang kadang tidak jadi mengambil bolu tanpa konfirmasi, namun ada pula konsumen yang sangat memaksa memesan bolu walaupun pesanan yang kami terima sudah penuh. Di samping dari dukanya, namun menurut mereka lebih banyak sukanya. Meski usaha yang mereka kelola ini pasang-surut, tapi usaha bolu dibidang kuliner ini bisa dikatakan tidak ada habisnya atau tidak ada berhentinya, karena sudah menjadi sebuah kebutuhan.

Target serta harapan Wilda dan sang ibu awal untuk menambah pendapatan keluarga dan mengelola sendiri keuangan usaha, memang sudah tercapai. Kemudian mereka juga senang karena bisa membantu orang yang ingin melakukan kursus secara pribadi, terutama dalam hal memproduksi kue.

Wanita kelahiran 20 Maret 1994 ini ngatakan bahwa kue bolunya dipasarkan dengan beraneka macam harga. Untuk harga ia dan sang ibu memasarkan berdasarkan ukuran dan rasa. Dimulai dari harga RP. 10.000 dan yang paling tinggi RP. 100.000. Ukuran tersebut berdasarkan kegunaan bolu itu sendiri. Bisa menjadi souvenir dalam acara keluarga dan kerabat, bisa menjadi buah tangan khas bogor, bisa juga menjadi kue potongan kecil di prasmanan, serta bisa menjadi kue seserahan dan ulang tahun.

“Bolu unggulan kami adalah bolu bakar rasa pisang dan tape. Kemudian ada brownies original dan brownies pisang, juga ada bolu pandan, bolu marmer, blackforest, dan bolu kukus”.

Usaha kue bolu yang awalnya dipasarkan hanya dengan sistem dari mulut ke mulut selama bertahun-tahun dan mulai berkembang di tahun 2011 memiliki omzet sekitar 10 sampai 20 juta. Sedangkan pendapatan atau keuntungan yang diterima sekitar 3 sampai 6 juta. Mereka juga membuka sistem reseller, sehingga banyak pemesan yang membeli namun untuk dijual kembali.

Awal tahun 2017 ini, Wilda dan sang ibu mulai memasarkan by online di media sosial, dan menyediakan pesan antar menggunakan jasa logistik. “Reseller dan konsumen terjauh by online ada yang di Jakarta dan Tangerang. Sementara ada juga konsumen yang membawa bolu kami sampai ke Padang, Palembang, Lampung, Makassar, dan lain lain”, tutupnya.